Tokoh Berpengaruh Ke-92 Meng-Tse ~ Mencius (371 SM - 289 SM)

 


Filosofi Cina Meng-Tse (Mencius) adalah pengganti Kong Hu-Cu. Ajaran-ajarannya seperti apa yang dibentangkan dalam buku “Book Of Mencius” sangat dihargai di Tiongkok selama berabad-abad. Dia sering dijuluki “The Second Sage” yaitu manusia bijak kedua, yaitu kebijakannya jatuh nomor kedua sesudah Kong Hu-Cu yang berjangka selilish dengannya sekitar 2000 tahun.

Meng-Tse dilahirkan sekitar tahun 371 SM di negeri kecil Tsou, yang kini berada di provinsi Shantung. Masa ia dilahirkan, babak akhir dinasti Chou, disebut oleh orang Cina dengan julukan “Masa perang antar negeri.” Berhubung Cina secara politis waktu itu terpecah belah, Meng-Tse berada di belakang tradisi Kong Hu-Cu dan snenattiasa jadi pendukung gigih teori-teori dan gagasan Kong Hu-Cu, dan akhirnya dihormati selaku cerdik pandai dan filosofi atas daya kreasi dan karya pikirannya sendiri.

Meng-Tse menghabiskan banyak masa dewasannya melakukan perjalanan di seputar dalam negeri Cina dan menawarkan nasihatnya kepada berbagai penguasa. Beberapa penguasa mendengarkan dengan penuh hormat kepadanya, dan untuk beberapa saat dia menjadi pejabat pemerintahan Chi, tetapi secara pukul rata dia tidak punya posisi permanen ataupun pembuat keputusan. Di tahun 312 SM, saat umurnya sekitar lima puluh sembilan tahun, dia kembali ke kampungnya di negeri Tsou dan tinggal menetap disana hingga akhir. Waktu kematian dia tidak jelas, dan kemungkinan sekitar tahun 289 SM.

Meng-Tse mengumpulkan pengikut-pengikut selama masa hidupnya, tetapi pengaruhnya atas Cina sebagian terpokok karena “Book of Mencius.” Dimana tertera ajaran-ajarannya. Meskipun buku itu bisa jadi sudah mengalami berbagai perbaikan oleh pengikut-pengikut kecilnya, sekali keraguan bahwa pokok-pokok buku tersebut mencerminkan ide-ide Meng-Tse sendiri.

Citra Book of Mencius berwarna idealistis dan optimis, memantulkan keyakinan teguh Meng-Tse bahwa sifat manusia itu pada dasarna baik. Dalam banyak hal, ide politiknya serupa dengan Kong Hu-Cu. Khususnya meng-Tse percaya benar bahwa seorang raja harus memerintah pertama-tama lewat contoh moral daripada dengan Kekuatan. Tetapi Meng-Tse lebih mendekati “Orang milik Umum” daripada Kong Hu-Cu yang serperti “Langit melihat seperti rakyak melihat, langit mendengar seperti rakyat mendengar.” Adalah salah satu peryataannya yang terbaik.

Meng-Tse menekankan bahwa komponen paling penting dari tiap negara adalah rakyat, dan bukannya penguasa. Adalah kewajiban penguasa memajukan kesejahteraan rakyat, khususnya dia harus memberikan rakyat itu penuntun moral dan dengan kondisi yang layak untuk hidupnya. Dantara politik pemerintahan, dia mengajurkan perdagangan bebas, pajak ringan, pelestarian sumber alam, pemerataan kekayaan yang sama daripada keadaan sekarang, dan persediaan pemerintah buat kesejahteraan orang-orang tua jompo dan orang miskin.

Meng-Tse percaya bahwa kekuasaan seorang Raja yang mengabaikan kesejahteraan rakyat akan kehilangan “Mandat dari Langit.” Dan akan sepantasnya ditumbangkan. Berhubung bagian terakhir dari kalimat itu mengikis bagian pertama, Meng-Tse pada dasarnya menekankan jauh sebelum John Locke bahwa rakyat punya hak memberontak melawan penguasa yang tidak adil. Hal ini merupakan ide yang dierima secara luas di Cina.

Kini bicara secara umum, sepanjang hampir sepanjang sejarah, jenis politik yang dianjurkan Meng-Tse lebih populer di kalangan rakyat ketimbang di kalangan penguasa. Karena itu tidaklah heran bilama usul Meng-Tse tidak diterima oleh penguasa-penguasa Cina pada masanya. Tetapi dalam perjalanan waktu, pandangan-pandangannya menjadi semakin populer di kalangan sarjana-sarjana Kong Hu-Cu dan di kalangan rakyat Cina. Reputasi Meng-Tse yang sudah tinggi, bahkan menjadi lebih besar di Cina disertai dengan bangkitnya Neo-Confucianisme di abad ke-11 dan ke-12.

Di barat, tentu saja Meng-Tse tidak punya pengaruh yang berarti. Hal ini disebabkan sebagian dari kenyataan bahwa dia menulis dalam bahasa Cina. Tao Te Ching oleh Lao Tze yang ditulis dalam bahasa Cina boleh dibilang bersamaan waktunya dengan Book of Mencius, yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa Eropa berulang kali hanya karena banyak orang menemukan ide yang dipaparkan dalam buku itu, dan memancing rasa ingin tahu. Tetapi relatif sedikit orang Barat telah menemukan Book of Mencius, khusus yang orisinal atau yang terpotong isi nya.

Mungkin kedengarannya menarik buat pemerintahan melibatkan dirinya dalam hal kesejahteraan orang-orang jompo, atau miskin serta cacad.  Kedengarannya juga menarik untuk memperoleh keringanan pajak. Tetapi, seseorang politikus Amerika yang mengumumkan bahwa dia mendukung kedua politik itu tanpa penjelsan yang lebih spesifik tampaknya tidak akan memperoleh dukungan kepercayaan baik oleh pihak liberal maupun konservatif. Sama halnya, Meng-Tse menunjukkan di satu pihak dia berpihak pada pemerataan kekayaan dan dilain pihak menunjukkan persetujuannya terhadap perdangangan bebas dan pajak rendah tanpa sampai pada pemecahan masalah seberapa jauh kemungkinan berjalannya pertentangan diantara kedua politik tu.

Hal ini mungkin kedengarannya sedikit tidak jujur bagi Meng-Tse yang bagaimanapun tidak menjadi calon untuk parlemen. Hal ini boleh dikemukanan oleh seorang filosof yang menyunguhkan serentetan usul kebijakan, meskipun sebagiannya tidak konsisten. Secara umum, bahkan jika dia tidak secara khusus menujukkan bagaimana pertentangan antara kedua prinsip itu dipecahkan. Bagaimanapun, dalam jangka panjang. Seorang filosof seperti Machiavelli yang mengutarakan pilihan jelas ketimbang Meng-Tse yang punya pengaruh lebih besar dalam pikiran manusia.

Tetapi, tulisan-tulisan Meng-Tse telah benar-benar mempengaruhi orang Cina. Meskipun arti pentingnya terhadap Confucianisme tidaklah mendekati kebesaran seperti St. Paul terhadap Kekristenan. Dalam satu hal, Meng-Tse kekurangan kesanggupan membujuk yang luar biasa seperti pada St. Paul untuk menarik orang menganut pahamannya. Dia tidak diragukan lagi seorang penulis yang punya pengaruh mendalam. Selama dua puluh abad, ide-idenya dipelajari di seluruh daerah yang berpenduduk lebih dari 20% jumlah penduduk dunia. Hanya sedikit filosof dimanapun puna engaruh yang begitu besarnya saat ini.

 

Tokoh Berpengaruh Ke-94 Homer (Abad Ke-8 SM)

 


Berabad-abad lamanya berlangsung pertentangan pendapat mengenai hak cipta sajak-sajak Homer. Entah kapan, dimana, dan bagaimana Illiad dan Odyssey dicipta ? Sampai seberapa jauh sajak itu bersandar pada komposisi sebelumya ? Apakah Illiad dan Odyssey disusun oleh orang yang sama ? Betulkah salah satunya digubah oleh hanya satu penulis ?

Mungkin tak ada orang yang seperti Homer dan kedua sajak itu yang berkembang lewat proses penggabungan begitu lambat, ataukah memang disusun oleh sekelompok pengolah yang mencomotnya dari sebuah gabungan sajak-sajak yang ditulis oleh banyak ragam penyair. Para sarjana yang membuang waktu bertahun-tahun telah menyelidiki masalah ini dan tidak mencapai kata sepakat satu sama lain. Lantas bagaimana bisa seseorang yang bukan sarjana ilmu klasik bisa tahu jawabannya ? Tentu, penulis ini sendiri tidak tahu jawabannya, meski begitu untuk menentukan di mana Homer layak ditempatkan di daftar urutan buku ini, saya telah membuat perkiraan sebagai berikut.

Perkiraan pertama adalah, memang benar ada seorang penulis utama Illiad. Alasanya terlampaui bagus jika karya itu disusun oleh sekelompok orang. Pada abad-abad sebelum Homer, banyak sajak-sajak yang lebih pendek menenai masalah yang sama digubah oleh penyair-penyair Yunani lain, dan Homer banyak mengambilnya dari karya mereka. Tetapi, Homer berbuat lebih jauh dari sekadar merakit Iliad dari sajak-sajak pendek yang sudah ada sebelumnya.

Dia memilih, mengatur, dan menyempurnakan kata-kata dan menambahkannya serta ada akhirnya melengkapi menjadi hasil final dengan bakat sastranya yang genius. Homer, orang yang menghasikan karya besar itu, mungkin hidup di abad ke- 8 SM. Meski banyak catatan menganggap lebih awal dari itu. Penulis juga memperkirakan bahwa orang yang sama merupakan penulis utama Odyssey. Meski argunen berdasrkan sebagaimana dari perbedaan gaya bahwa kedua sajak digubah oleh penulis-penlis yang berbeda dan punya kekuatan yang setara, secara keseluruhan persamaan diantara kedua sajak jauh lebih penting daripada perbedaan-perbedaannya.

Dari apa yang sudah dipaparkan, jelaslah sudah betapa sedikitnya  bisa diketahui tentang ihwal Homer sendiri, dan memang tidak ada data biografis mengenai dirinya. Ada tradisi kuno yang teramat kokoh, berasal dari masa awal-awal Yunani, bahwa Homer itu buta. Tetapi kehebatannya yang tampak secara visual dari kedua sajak itu menunjukkan andaikata Homer itu buta, tidaklah buta nya iitu dibawa dari lahir. Bahasa yang digunaakan dalam sajak itu juga menunjukkan bahwa Homer berasal dari Ionia, daerah sebelah timur laut  Aegea.

Kendati tampaknnya sudah percaya bahwa begitu panjang dan begitu cermat susunan suatu sajak dapat dicipta tanpa tulisan, banyak kaum cerdik pandai sepakat bahwa sajak-sajak itu paling sedikit bagian permulaanya dan mungkin malah seluruhnya, merupakan komposisi oral (lisan). Tidaklah pasti kapan sajak-sajak itu pertama kali tertuang ke dalam tulisan. Mempertimbangkan segi panjangnya, secara keseluruhan hampir sejumlah 28.000 bait. Tampaknya agak sulit dibayangkan sajak -sajak itu bisa dipindahkan dengan begitu teliti kecuali jika ditulis dalam jangka waktu yang tidak begitu lama sesudah penciptaan aslinya.

Dalam suatu peristiwa, menjelang abad ke-6 SM, kedua sajak itu sduah dianggap sebagai karya klasik besar, dan sebuah informasi biografis menyangkut Homer sudah hilang. Setelah itu, orang Yunani senantiasa menganggap Odyssey dan Iliad merupakan hasil karya bangsa yang berjunjung tinggi. Menariknya sepanjang amsa antara abad ke abad, dan semua perubahan dalam gaya yang sudah terjadi, reputasi Homer tidak pernah punah.

Ditilik dari keteranan dan reputasi Homer yang tinggi, penulis menepatkan Homer dalam nomor urutan yang begitu rendah. Hal ini dan alaasan yang serupa saya lakukan terhadap umumnya tokoh-tokoh seni dan sastra. Tempat urutan mereka dalam daftar ini termasuk rendah. Dalam kasus Homer, selisih beda antara reputasi dan pengaruh tampaknya besar. Biarpun hasil karya nya sering dipelajari di sekolah, di dunia dewasa ini sedikit sekali orang yang membaca Homer begitu mereka meninggalkan bangku sekolah lanjutan atas atau perguruan tinggi. Ini berlainan besar dengan Shakespere yang drama maupun sajak-sajaknya dibaca dan drama-dramanya yang sering dipentaskan dengan mendapat pengunjung yang cukup banyak. Alhasil benar-benar berbeda.

Homer pun tidakah dikutip secara luas. Meskipun kutipan Homer terdapat dalam karya Barlett, amat sedikit digunakan dalam percakapan sehari-hari. Bukan saja berbeda jauh dengan Shakespere, berbeda jauh juga dengan penulis-penulis seperi Benyamin Franklin atau Omar Khayyam. Kalimat seperti “Sen yang ditabung adalah sen yang didapat.” Yang sering disebut orang, mungkin sebenarnya merupakan pengaruh sikap pribadi seseorang, bahkan suatu sikap dan keputusannya yang berbau politik. Saat ini tak ada sangkut paut dengan Homer dari apa yang banyak dikutip orang sekarang.

Jika begitu, Apa alasan Homer dimasukkan ke dalam daftar urutan pada buku ini ? Terdapat dua alasan. Alasan pertama, yaitu jumlah orang yang makin bertambah dari abad ke abad, baik yang mendengar atau membaca karya Homer memang makin begitu banyak. Di dunia masa lalu, sajak Homer jauh lebih populer dibandingkan sekarang. Di Yunani, karyanya begitu akrab dengan penduduk umum, dan dalam amsa yang panjang sekali dapat mempengaruhi sikap agama dan etika. Odyssey dan Iliad terkenal bukan semata di kalangan sastrawan intelektual, tetapi juga di kalangan militer dan pemuka-pemuka politik. Banyaknya para pemimpin Romawi lama mengutip Homer, bahkan Alexander Yang Agung mengempit salinan Ilia diketiaknya selama bertempur. Bahkan kini, Homer meruakan penulis pujaan di sementara sekolah, dan umumnya kita sudah membaca karyanya paling tidak sebagian selama masa sekolah.

Bahkan lebih penting lagi, pengaruh Homer terhadap kesastraan. Semua penyair-penyari Yunani klasik dan penulis-penulis drama amatlah sangat terpengaruh Homer. Tokoh-tokoh seperti Sophoceles, Euripides, dan Aristoteles terbenam dalam tradisi Homer, dan semuanya mengambil ide literatur yang cemerlang darinya.

Pengaruh Homer terhadap para pengarang Romawi kuno jelas besarnya. Semua menerima sajaknya sebagai ukuran kesempurnaan. Tatkala Virgil yang sering dianggap sebagai penulis Romawi terbesar, menulis karya besarnya Aeneid, dia dengan sadar dan atas keyakinan sendiri mencontoh kehebatan Iliad dan Odyssey.

Bahkan di zaman modern pun, kenyataanya tiap pengarang entng dapat dipengaruhi oleh Homer secara langsung atau penulis-penulis seperti Sophocles dan Virgil yang keduany amat terpengaruh oleh Homer. Tak ada penulis dalam sejarah yang punya pengaruh begitu menyebar dan begitu berjangka lama.

Masalah yang paling akhir adlah mungkin meribetkan. Selama seratus tahun terakhir ini, sangat mungkin sekali Tolstoy lebih berpengaruh dan karyanya lebih banyak dibaca olrang ketimbang Homer. Tetapi Tolstoy tidak punya pengaruh sebesar  Homer dan telah berlanjut selama 2700 tahun atau lebih. Ini benar-benar masa yang teramat lama. Hasilna, Homer memang tak mudah ditandingin oleh tokoh-tokoh literer lainnya, bahkan oleh tokoh yang berkarnya di bidang apapun.