Zaman Kemunculan Retorika




Sebagai cikal bakal ilmu komunikasi, retorika mempunyai sejarah yang panjang. Para ahli berpendapat bahwa retorika suah ada sejak manusia ada. Akan tetapi, retorika sebagai seni bicara yang dipelajari dimulai pada abad kelima sebelum Masehi, ketika kaum Sofis d Yunani mengembara dari tempat yang satu ke tempat yang lain untuk mengajarkan pengetahuan mengenai politik dan pemerintahan dengan penekanan terutama pada kemampuan berpidato. 


Pemerintah, menurut kaum Sofis, harus berdasarkan suara terbanyak atau demokrasi sehingga perlu adanya usaha membujuk rakyat demi kemenangan dalam pemilihan-pemilihan. Maka berkembanglah seni berpidato yang membenarkan pemutarbalikan kenyataan demi mencapi tujuan, yang terpenting khalayak bisa tertarik perhatiannya dan terbujuk.

Orang yang pertama-tama dianggap memeperkenalkan Oratori atau Seni Berpidato adalah orang Yunani Sicilia. Tetapi tokoh pendiri sebenarnya adalah Corax dari Srakuasa (500 Sebelum Masehi). Dialah yang mula-mula meletakkan sistematika Oratori atas lima bagian.

Sudah sejak permulaan perkembangan retorika menimbulkan perbedaan pendapat (Kontroversi) mengenai beberapa hal yang menyagkut retorika. Kontroversi tersebut menyangkut persoalan pemakaian unsur Stilistika, menyangkut hubungan antara Retorika dan Moral, dan masalah pendidikan dalam pidato.

Kontroversi pertama menyangkut persoalan "Apakah perlu mempergunakan usnur-unsur Stilistika dalam Pidato". Ada tiga aliran yaitu menyetujui penggunaan unsur stilistika, yang menolak dan yang berada di luar aliran pertama dan kedua.

Konroversi kedua menyangkut realsi antara Retorika dan Mora; "Apakah dakam pidato harus diindahka masalah moral". Dalam pidato biasanya tidak dikemukan pembuktian-pembuktian secara ilmiah. Pidato lebih banyak berbicara mengenai kemungkinan-kemungkinan, karena pendengar biasanya adalah orang-orang yang tidak berpendidikan, atau orang -orang yang tidak senang mendengarkan pidato. Sebab itu Gorgias dari Leontini, berpendirian bahwa seorang orator harus menuampaikan bukti-bukti baik mengenai keadilan dan ketidakadilan dengan cara yang sama baik.

Kontroversi ketiga yang juga sudah timbul sejak permulaan perkembangan retorika adalah amsalah pendidikan. Kontroversi yang kedua mempunyai ikatan dengan yang ketiga ini. Ahli-ahli retorika yang siap menerima tanggung jawab moral dalam retorika, mengkritik rekan-rekan mereka yang mencoba memperoleh keuntugan dalam profesi mereka, terutama dalam pengadian. Akibatnya mreka juga tidak emncapai kata sepakat mengenai topik mana saja yang harus dimasukkan dalam pelajaran retorika di pusat-pusat pendidikan.



Betapa pentingnya retorika dalap dilihat dari peranan retorika dalam demokrasi. Dalam hubungan ini terkenal seorang orator bernama Demosthenes (384-322 Sebelum Masehi) yang pada zaman Yunani sangat termasyhur karena kegigihannya mempertahankan kemerdekaan Athena dari ancaman Raja Phillipus dari Macedonia.

Pada waktu itu telah menaji anggapan umum bahwa di mana terdapat sistem pemerintahan yang berkedaulatan rakyat, di situ harus ada pemilihan berkala dari rakyat oleh rakyat untuk memilih pemimpin-pemimpinnya. Di mana demokrasi menjadi sistem pemerintahan, disitu dengan sendirinya masyakarat memerlukan orang-orang yang mahir berbicara di depan umum.

Demosthenes pada masa jayanya itu menngkatkan kebiasan retorika yang berlaku pada zamannya, dan lebih menekannkan pada :
a. Semangat yang berkobar-kobar
b. Kecerdasan pikiran,
c. Kelainan dari yang lain.

Sementara itu di Romawi yang mengembangkan retorika adalah Marcus Tulius Cicero (106-43 Sebelum Masehi) yang menjadi termashyu karena suaranya dan bukunya yang berjudul antara lain "de Oratore". Sebagai seorang orator yang ulung, Cicero mempunyai suara yang berat mengalun, bahkan kadang-kadang pidatonya itu disertai cucuran air mata.

Cicero mengajarkan bahwa dalam mempengaruhi pendengar-pendengarnya seorang oretor harus menyakinkan mereka dengan emncerminkan kebenaran dan kesusilaan. Dalam pelaksanaan retorika meliputi :
  • Invenstio``
    Ini berarti mencari bahan dan tema yang akan dibahas. Pada tahap ini bahan-bahan dan bukti harus dibahas secara singkat denganmemperhatikan keharusan pembica, seperti :
    • Mendidik;
    • Membangkitkan kepercayaan; dan
    • Menggerakan hati.
  • Orde Collacatio
    Ini mengandung arti menyusun pidato yang meminta kecakapan si pembicara dalam memilih mana yang lebih penting, dan mana yang kurang penting. Penyusun pidato juga diminta untuk memperhatikan;
    • Exordiun (Pendahuluan);
    • Narratio (Pemaparan);
    • Confirmation (Pembuktian);
    • Reputation (Pertimbangan); dan
    • Peroratio (Penutup).
Demikian retorika di Romawi yang banyak persamaannya dengan retorika yang berlaku di Yunani.

Aristoteles berpendapat bahwa pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa, sebuah meja lilin yang siap dilukis oleh pengalaman. Dari Aristoteles, John Locke (1632-1704 Masehi), tokoh Empirisme Inggris, meminjam konsep ini. Menurut kaum Empiris, pada watu lahir amnusia tidak mempunyai "Warna Mental". Warna ini didapat dari pengalaman. PEngalaman adalah satu-satuna jalan kepemilikan pengetahuan.

Di Yunani, sejak abad ke lima sebelum Masehi, terkenal sebuah tempat pemuja Apollo di Delphi. Ke tempat inilah raja-raja dan rakyat banyak meminta nasihat. Seorang pendeta wnita duduk di atas kursi yang dipenuhi oleh asap dari sajian pemujaan.

Dalam keadaan fana, pendeta tersebut menjawab pertanyaan pengunjung, dari masalah kontes lagus sampai urusan agama dan politik. Ketika penjahat-penjahat di koloni Locri meminta nasihan bagaimana mengatasi kekacauan, orakel Delphi menjawab : "Buat hukum bagima." Ketika orang-orang bertanya siapa manusia paling bijak, dewa Apollo melalui mulut pendeta Delphi menjawa : "Socrates". Dari Delphi menyeabr motto yang terkenal yaitu Gnothi Seauthon (Kenalilah dirimu). Motto ini mengusik apra filasuf untuk mencoba memahami dirinya, sehingga kabarnya motto inilah yang mendorong berkembangnya filsafat di Yunani.



Referensi :
http://silontong.com
http://zamrishabib.wordpress.com
http://chrezsoft.blogspot.com
https://smpnduakartasura.wordpress.com
banner
Previous Post
Next Post

0 Please Share a Your Opinion.:

Harap Berkomentar dengan Bijak