Berabad-abad lamanya berlangsung pertentangan pendapat mengenai hak
cipta sajak-sajak Homer. Entah kapan, dimana, dan bagaimana Illiad dan Odyssey
dicipta ? Sampai seberapa jauh sajak itu bersandar pada komposisi sebelumya ? Apakah
Illiad dan Odyssey disusun oleh orang yang sama ? Betulkah salah satunya
digubah oleh hanya satu penulis ?
Mungkin tak ada orang yang seperti Homer dan kedua sajak itu yang
berkembang lewat proses penggabungan begitu lambat, ataukah memang disusun oleh
sekelompok pengolah yang mencomotnya dari sebuah gabungan sajak-sajak yang
ditulis oleh banyak ragam penyair. Para sarjana yang membuang waktu
bertahun-tahun telah menyelidiki masalah ini dan tidak mencapai kata sepakat
satu sama lain. Lantas bagaimana bisa seseorang yang bukan sarjana ilmu klasik
bisa tahu jawabannya ? Tentu, penulis ini sendiri tidak tahu jawabannya, meski
begitu untuk menentukan di mana Homer layak ditempatkan di daftar urutan buku
ini, saya telah membuat perkiraan sebagai berikut.
Perkiraan pertama adalah, memang benar ada seorang penulis utama
Illiad. Alasanya terlampaui bagus jika karya itu disusun oleh sekelompok orang.
Pada abad-abad sebelum Homer, banyak sajak-sajak yang lebih pendek menenai
masalah yang sama digubah oleh penyair-penyair Yunani lain, dan Homer banyak
mengambilnya dari karya mereka. Tetapi, Homer berbuat lebih jauh dari sekadar
merakit Iliad dari sajak-sajak pendek yang sudah ada sebelumnya.
Dia memilih, mengatur, dan menyempurnakan kata-kata dan menambahkannya
serta ada akhirnya melengkapi menjadi hasil final dengan bakat sastranya yang
genius. Homer, orang yang menghasikan karya besar itu, mungkin hidup di abad
ke- 8 SM. Meski banyak catatan menganggap lebih awal dari itu. Penulis juga memperkirakan
bahwa orang yang sama merupakan penulis utama Odyssey. Meski argunen berdasrkan
sebagaimana dari perbedaan gaya bahwa kedua sajak digubah oleh penulis-penlis
yang berbeda dan punya kekuatan yang setara, secara keseluruhan persamaan
diantara kedua sajak jauh lebih penting daripada perbedaan-perbedaannya.
Dari apa yang sudah dipaparkan, jelaslah sudah betapa sedikitnya bisa diketahui tentang ihwal Homer sendiri,
dan memang tidak ada data biografis mengenai dirinya. Ada tradisi kuno yang
teramat kokoh, berasal dari masa awal-awal Yunani, bahwa Homer itu buta. Tetapi
kehebatannya yang tampak secara visual dari kedua sajak itu menunjukkan
andaikata Homer itu buta, tidaklah buta nya iitu dibawa dari lahir. Bahasa yang
digunaakan dalam sajak itu juga menunjukkan bahwa Homer berasal dari Ionia,
daerah sebelah timur laut Aegea.
Kendati tampaknnya sudah percaya bahwa begitu panjang dan begitu cermat
susunan suatu sajak dapat dicipta tanpa tulisan, banyak kaum cerdik pandai sepakat
bahwa sajak-sajak itu paling sedikit bagian permulaanya dan mungkin malah
seluruhnya, merupakan komposisi oral (lisan). Tidaklah pasti kapan sajak-sajak
itu pertama kali tertuang ke dalam tulisan. Mempertimbangkan segi panjangnya,
secara keseluruhan hampir sejumlah 28.000 bait. Tampaknya agak sulit dibayangkan
sajak -sajak itu bisa dipindahkan dengan begitu teliti kecuali jika ditulis
dalam jangka waktu yang tidak begitu lama sesudah penciptaan aslinya.
Dalam suatu peristiwa, menjelang abad ke-6 SM, kedua sajak itu sduah
dianggap sebagai karya klasik besar, dan sebuah informasi biografis menyangkut Homer
sudah hilang. Setelah itu, orang Yunani senantiasa menganggap Odyssey dan Iliad
merupakan hasil karya bangsa yang berjunjung tinggi. Menariknya sepanjang amsa
antara abad ke abad, dan semua perubahan dalam gaya yang sudah terjadi,
reputasi Homer tidak pernah punah.
Ditilik dari keteranan dan reputasi Homer yang tinggi, penulis
menepatkan Homer dalam nomor urutan yang begitu rendah. Hal ini dan alaasan
yang serupa saya lakukan terhadap umumnya tokoh-tokoh seni dan sastra. Tempat
urutan mereka dalam daftar ini termasuk rendah. Dalam kasus Homer, selisih beda
antara reputasi dan pengaruh tampaknya besar. Biarpun hasil karya nya sering
dipelajari di sekolah, di dunia dewasa ini sedikit sekali orang yang membaca
Homer begitu mereka meninggalkan bangku sekolah lanjutan atas atau perguruan
tinggi. Ini berlainan besar dengan Shakespere yang drama maupun sajak-sajaknya
dibaca dan drama-dramanya yang sering dipentaskan dengan mendapat pengunjung
yang cukup banyak. Alhasil benar-benar berbeda.
Homer pun tidakah dikutip secara luas. Meskipun kutipan Homer terdapat
dalam karya Barlett, amat sedikit digunakan dalam percakapan sehari-hari. Bukan
saja berbeda jauh dengan Shakespere, berbeda jauh juga dengan penulis-penulis
seperi Benyamin Franklin atau Omar Khayyam. Kalimat seperti “Sen yang
ditabung adalah sen yang didapat.” Yang sering disebut orang, mungkin
sebenarnya merupakan pengaruh sikap pribadi seseorang, bahkan suatu sikap dan
keputusannya yang berbau politik. Saat ini tak ada sangkut paut dengan Homer
dari apa yang banyak dikutip orang sekarang.
Jika begitu, Apa alasan Homer dimasukkan ke dalam daftar urutan pada
buku ini ? Terdapat dua alasan. Alasan pertama, yaitu jumlah orang yang makin
bertambah dari abad ke abad, baik yang mendengar atau membaca karya Homer memang
makin begitu banyak. Di dunia masa lalu, sajak Homer jauh lebih populer dibandingkan
sekarang. Di Yunani, karyanya begitu akrab dengan penduduk umum, dan dalam amsa
yang panjang sekali dapat mempengaruhi sikap agama dan etika. Odyssey dan Iliad
terkenal bukan semata di kalangan sastrawan intelektual, tetapi juga di kalangan
militer dan pemuka-pemuka politik. Banyaknya para pemimpin Romawi lama mengutip
Homer, bahkan Alexander Yang Agung mengempit salinan Ilia diketiaknya selama
bertempur. Bahkan kini, Homer meruakan penulis pujaan di sementara sekolah, dan
umumnya kita sudah membaca karyanya paling tidak sebagian selama masa sekolah.
Bahkan lebih penting lagi, pengaruh Homer terhadap kesastraan. Semua
penyair-penyari Yunani klasik dan penulis-penulis drama amatlah sangat terpengaruh
Homer. Tokoh-tokoh seperti Sophoceles, Euripides, dan Aristoteles terbenam
dalam tradisi Homer, dan semuanya mengambil ide literatur yang cemerlang darinya.
Pengaruh Homer terhadap para pengarang Romawi kuno jelas besarnya. Semua
menerima sajaknya sebagai ukuran kesempurnaan. Tatkala Virgil yang sering
dianggap sebagai penulis Romawi terbesar, menulis karya besarnya Aeneid, dia
dengan sadar dan atas keyakinan sendiri mencontoh kehebatan Iliad dan Odyssey.
Bahkan di zaman modern pun, kenyataanya tiap pengarang entng dapat
dipengaruhi oleh Homer secara langsung atau penulis-penulis seperti Sophocles
dan Virgil yang keduany amat terpengaruh oleh Homer. Tak ada penulis dalam
sejarah yang punya pengaruh begitu menyebar dan begitu berjangka lama.
Masalah yang paling akhir adlah mungkin meribetkan. Selama seratus
tahun terakhir ini, sangat mungkin sekali Tolstoy lebih berpengaruh dan karyanya
lebih banyak dibaca olrang ketimbang Homer. Tetapi Tolstoy tidak punya pengaruh
sebesar Homer dan telah berlanjut selama
2700 tahun atau lebih. Ini benar-benar masa yang teramat lama. Hasilna, Homer
memang tak mudah ditandingin oleh tokoh-tokoh literer lainnya, bahkan oleh
tokoh yang berkarnya di bidang apapun.